Minggu, 16 Maret 2014

Naskah Drama

Mama,Papa ?


Dinda hanya mampu diam dan termenung melihat pertengkaran Orang Tuanya. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Waktu dan keegoisan merekalah yang membuat hubungan mereka renggang. Dinda yakin mereka pasti bisa menyelesaikan masalah mereka,tapi nyatanya tidak.
                                                  
Papa      : "Saya capek,kamu selalu menyalahkan saya! Kamu fikir saya diluar sana main-main? Saya itu kerja!"
Mama   : "Saya enggak nyalahin kamu,saya cuma bilang kan? Apa salah?"
Papa      : "Kamu ini seorang Ibu dan istri,harusnya kamu bisa merawat anakmu dan suamimu dengan baik. Bukannya malah kamu serahin semua sama Bi Imah!"
Mama   : "BI Imah digaji tugasnya ya untuk mengurus semua keperluan rumah termasuk Dinda. Jadi apa salahnya?"
Papa      : "Iya saya tau,tapi enggak seharusnya kamu limpahkan semua itu ke BI Imah,termasuk memberi kasih sayang dan perhatian ke Dinda. Kamu tau kan tugas seorang istri dan Ibu itu apa?"
Mama   : "Tau,tapi ya mau bagaimana lagi. Kamu tau kan ini sudah karier saya dari dulu! Udah deh mas,sekarang gini aja. Aku udah capek kita selalu kayak gini,terus mau kamu sekarang gimana? KIta cerai?"
Papa      : "Oh jadi itu mau kamu? Oke enggak masalah,aku turutin!"

Setelah mendengar kata-kata itu,Mamanya diam dan langsung beranjak dan membereskan pakaiannya. Mereka memutuskan semua ini dalam keadaan emosi,entah apa yang sedang ada dalam fikiran mereka.
Papa      : "Kamu mau pergi? Oh silahkan! Tapi jangan harap kamu bisa bawa Dinda dari saya!" (sambil meninggalkan kamarnya)
Setelah selesai mengemas barang-barangnya,ketika keluar dari kamar ia mendengar suara lembut dari anaknya.
Dinda    : "Ma? Mama mau kemana?" (sambil menatap dengan penuh air mata)
Mama   : "Maafin Mama,sayang. Mama harus pergi. Mama tau selama ini Mama belum bisa jadi Ibu yang baik buat kamu." (dengan melepas koper yang digenggamnya dan memeluk anaknya)
Dinda    : "Ma bagi Dinda,Mama itu udah jadi Ibu yang baik buat Dinda. Tolong ma,jangan tinggalin Dinda sama Papa. Dinda sayang sama Mama."
Mama   : "Dinda,Mama juga sayang kok sama Dinda. Mama juga sebenarnya enggak mau ninggalin Dinda dengan cara kaya gini,tapi keadaannya sayang."
Dinda    : "Ma,Dinda enggak mau jauh dari Mama. Berat rasanya buat Dinda." (air matanya semakin turun deras dan pelukannya semakin erat)
Mama   : "Dinda,dengerin Mama. Mama enggak ninggalin Dinda kok,cuma tempat saja yang membuat jarak buat kita. Udah ya sayang,kamu enggak boleh nangis gitu ah,nanti wajah kamu yang cantik ini jadi luntur." (sambil mengusap air mata putrinya)
Dinda    : "Emang Mama mau tinggal dimana?"
Mama   : "Mama mau nempatin Apartement kita. Enggak jauh kan dari sini? Nah,kalau kamu kangen Mama kamu main ya." (dengan senyumnya yang tegar)
Dinda    : "Ma?" (sambil menunjukkan wajah memelas pada Mamanya)
Mama   : "Udah...udah.. Mama pergi ya sayang,kamu boleh ya nangis lagi.Mama pergi ya,sayang" (menunjukkan senyumnya dan mencium kening putrinya)
Dinda    : "Ma?"
Lalu Mamanya hanya tersenyum dan langsung melangkahkan kakinya keluar rumah. Mamanya melaju mobil pribadinya dengan kecepatan yang maksimal, di dalam mobil ia menangis tersedu-sedu.
                keesokan harinya ketika sedang sarapan bersama ayahnya, Dinda hanya diam dan menunduk dengan mata sembab karena menangis semalaman.
Ayah      :"Sayang, kok makannya malah di acak-acak gitu sih? ayo di makan , nanti telat loh berangkat sekolahnya"(sambil menuang minum untuk dirinya)
Dinda    :"Hah? enggak kok , pah. Pah udah siang , aku berangkat dulu ya' ( sambil berdiri dan memakai tasnya yang berada di pangkuannya).
Ayah      : "Kamu gak mau bareng papa? sarapannya?"
Dinda    : "Kayanya enggak dulu deh, pa.Aku udah kenyang.Yaudah aku berangkat dulu ya,pa!"
Ayah      : "Sayang, tunggu sebentar. Kamu marah ya sama papa?"
Dinda    : "Enggak kok, dinda cuma lagi pengeb berangkat sendiri aja." Jelasnya.
Ayah      : "Kamu yakin? Sayang, mata kamu?" (menatapnya dengan heran)
Dinda    : "Oh ini, gak kok pa. kurang tidur aja mungkin.Yaudah udah dulu ya,pa.Assalamu'alaikum"
Ayah      : "Walaikumsalam."

Sesampainya di sekolah, dinda langsung duduk dan diam. Dia masih teringat dengan kejadian tadi malam, sesaat air matanya menetes satu demi satu. Tak lama kemudian, Nayla sahabatnya datang menghampirinya.
Nayla     : "Hai,din!" (sambil menepuk bahu sahabatnya).
Dinda    : "Hah? Iya, nay." (dengan wajah kaget dan langsung mengusap air matanya dengan sapu tangan kesayangan pemberian mamanya)
Nayla     : "Din, kok mata lo sembab gitu. lo nangis,kenapa? Gara-gara cowok?" (dengan tawa      ledeknya)
Dinda    : "Hahaha, enggak kok."
Nayla     : "Terus kenapa? Cerita dong sama gue."
Dinda    : "Gue gak apa-apa kok,Nay. (sambil tersenyum meyakinkan)
Nayla     : "Yakin? Yaudah kalo ada apa-apa cerita ya Dindaku sayang, haha"

Nayla pun meninggalkan tempat duduk sahabatnya itu. Selama jam pelajaran, Dinda tak memperhatikan sama sekali ketika guru sedang menjelaskan. Air matanya tak henti-henti menetes di pipinya. Ternyata dari kejauhan sana, Nayla memperhatikan Dinda. Ia melihat Dinda sedari tadi mengusap air matanya. Setelah jam pelajaran selesai, semua anak-anak keluar dari kelas untuk istirahat, hanya ada Nayla dan Dinda yang masih menetap. Lalu, nayla mendatangi bangku Dinda.
Nayla     : "Din,jujur sih! Lo itu kenapa? Dari tadi gue liat lo nangis."
Dinda    : "Gue gak apa-apa, Nay!"
Nayla     : "Kali ini lo gak bisa bohong sama gue. Cepat bilang sama gue, ada apa? (sambil memegang bahu dinda).
Dinda    : "Nay? (air matanya jatuh lagi ketika memeluk sahabatnya itu).
Nayla     : "Dinda lo kenapa?" (dengan meneteskan air mata juga).
Dinda    : "Gue gak kuat."
Nayla     : "Kenapa? Lo ada apa?"
Dinda    : "Orang tua gue bercerai." (semakin deras air matanya mengalir)
Nayla     : "Din, lo gak bohong kan sama gue?"
Dinda    : "Gue serius,Nay."
Nayla     : "Ya Allah, Din. Kok bisa? Emangnya kenapa?"
Dinda    : "Mereka cuma bilang sama gue, kalo ini yang terbaik buat hubungan mereka berdua. Gue tau emang mereka berdua sama-sama sibuk, gue juga maklumin kok. Tapi gue belum bisa terima sama keputusan mereka ini."
Nayla     : "terus mama lo sekarang?"
Dinda    : "Dia pergi dari rumah, dia nempatin Apartemen."
Nayla     : "Yaudah sayang, lo gak boleh nangis, ah. Dinda yang gue kenal orangnya tegar. Lo pasti bisa nerima dan lewatin keadaan ini. (sambil memeluk dan mengelus punggung dinda)

Ketika pulang sekolah dinda diajak nayla ke sebuah taman, tempat favorit mereka berdua yang dulu mereka sering kunjungi. Nayla berharap di taman itu dinda bisa tenang dan meluapkan semua emosinya.

Dinda    : "Nay? Kok kita kesini?
Nayla     : "Lo masih ingat kan? Tempat ini, tempat paling asik buat mencurahkan semua isi hati kita. Kalau kita lagi senang dan sedih. Gue ngajak lo kesini, karena gue rasa kita udah lama gak kesini lagi."
Dinda    : "Haha ah, Nayla. Makasih ya, lo emang sahabat paling the best!" (sambil memeluk dan menitikkan kembali air matanya)
Nayla     : "Haha tenang aja gue bakal selalu ada buat lo kok,Dinda."
Dinda    : "Huuu sok so sweet loe." (sambil tertawa)
Nayla     : "Nah gitu dong ketawa lagi, kan cantiknya jadi muncul lagi."

                Mereka berada di tempat itu hingga sore, setelah itu mereka pulang. Tapi Dinda tak langsung pulang ke rumah melainkan dia mampir terlebih dahulu ke sebuah restaurant. Sehabis makan, baru ia pulang. Ternyata papanya sudah menunggu di ruang tamu.

Papa      : "Dinda, dari mana saja kamu? Kamu tau ini udah jam berapa?
Dinda    : "Maaf pa Dinda pulang telat.'
Papa      : "kamu tau seberapa cemasnya papa/ Papa telepon kamu nomer kamu gak aktif , papa tanya sama sekolah, katanya kamu sudah pulang. Dari mana kamu/ (bentak ayahnya)
Dinda    : "Hp Dinda, Dinda matiin . udah ya pa, Dinda capek mau istirahat. ( langsung melangkahkan kakinya)
Papa      : “Dinda... Dinda..!”

                Keesokan harinya di kantin. Dinda dan Nayla membicarakan tentang melanjutkan ke perguruan tinggi

Nayla     : "Din, setelah lulus SMA. Loe mau lanjut ke universitas mana?”
Dinda    : “Nggak tau gue,Nay. Bingung.”
Nayla     : “Kok bingung sih? Hayo nggak boleh putus asa,cuma gara-gara masalah itu pendidikan loe harus tetap terus,oke!”
Dinda    : “Nggak kok,gak ada hubunganya sama sekali. Ya gue Cuma masih bingung aja. Loe lanjut kemana emang?”
Nayla     : “Gue disuruh Orang Tua gue kuliah di Florida.” (denagn wajah cemberut)
Dinda    : “Loh kok? Nay,itukan jauuuhhh banget. Ahh...gue bakal ditinggal dong sama sahabat terbaik gue.”
Nayla     : “Bisa dibilang seprti itu. Soalnya ya gue nggak bisa bantah keinginan mereka,toh gue yakin mereka nyekolahin gue kesana juga karena ingin yang terbaik buat gue.”
Dinda    : “Enak yahNay jadi loe.”
Nayla     : “Ah apa sih,kita tuh sama. Semua Orang Tua pasti Pengen yang terbaik buat anaknya termasuk Orang Tua loe juga J
Dinda    : “Hahaha...iya deh. Huuu..huu Nayla jahat mau ninggalin gue.” (sambil memukul-mukul bahu Nayla)
Nayla     : “Enggak kok,gue gak ninggalin loe Din J Kalau ada apa-apa kan ada social media,loe bisa kabarin gue kapan pun.”
Dinda    : “Iya sih tau,hehe.. Yaudah deh,semoga loe betah ya disana.”
               
                Akhirnya Hari yang ditunggu-tunggu semua siswa-siswi tiba,perpisahan. Semua siswa-siswi datang bersama Orang Tua mereka tetapi tidak dengan Dinda. Ia masih menunggu kedatangan Papa dan Mamanya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00, Orang Tua Dinda masih belum datang juga. Berkali-kali ia lihat arloji yang melingkar ditangannya.

Nayla     : “Hy,Din! Kok sendiri? Orang Tua loe?”
Dinda    : “Entah lah Nay,mungkin gak dateng.”
Nayla     ; “Gak boleh gitu,pasti mereka dateng Kok J Sesibuk-sibuknya mereka pasti bisa nyempetin waktu buat anaknya. Emang waktu itu loe nggak bilang?” (melihatkan senyum indahnya)
Dinda    : “Udah,bahkan gue sampai mohon-mohon ke mereka.”
Nayla     : “Yaudah yang penting kan loe udah ngasih tau. Tunggu aja,pasti dateng kok.”
Dinda    : “Tapi ini udah jam berapa,Nay?” (tiba-tiba setitik air matanya menetes)
Nayla     : “Eitsss..eitss.. Gak boleh nangis,nanti make up loe luntur loh. Masa dihari bersejarah ini loe nangis. Udah ah J” (Nayla mengusap air mata Dinda dengan tissue yang digenggamnya)

Waktu semakin berlalu,wajah matahari sudah muncul sepenuhnya. Ternyata Orang Tua Dinda tidak datang sama sekali. Dinda pulang ke rumah,ia menangis di kamarnya.

Dinda    : “Aku kecewa sama Papa dan Mama! Kalian terlalu mementingkan pekerjaan kalian! Apa aku udah nggak penting lagi? (melempar bantal dengan keras) Aku benci kalian... !!”
Bi Imah : “(mengetuk pintu kamar Dinda) Non? Non,gak apa-apa kan? Non?”
Dinda    : “Pergi Bi,aku pengen sendiri!”
Bi Imah : “Bibi khawatir sama,Non. (Bi Imah masuk ke dalam kamar Dinda) Non kenapa?”
Dinda    : “Aku benci Bi,sama Mama dan Papa. Benciiii...!!”
Bi Imah : “Bukannya hari ini Non ada acara perpisahan di sekolah ya? Kok pulang-pulang malah nangis?”
Dinda    : “Mama,Papa nggak dateng ke acara perpisahan aku.” (memeluk tubuh Bi Imah)
Bi Imah : “Kok bisa?”
Dinda    : “Mereka udah nggak peduli sama aku! Kalau aku mati juga mungkin mereka nggak peduli!”
Bi Imah : “Ssstt... Nggak boleh ngomong gitu. Mereka sayang kok sama,Non. Buktinya Nyonya aja nanyain Non ke Bibi J.”
Dinda    : “Tapi seenggaknya bisa kan dateng. Ini tuh acara terpenting aku.”
Bi Imah : “Udah Non,nggak boleh nangis J Mending makan siang aja,Bibi udah siapin tuh,Non”
Dinda    : “Aku nggak nafsu makan.”
Bi Imah : “Nanti Non,sakit bagaimana?”
Dinda    : “Biar aja.”
Bi Imah : “Atau Bibi bawain makanannya ke kamar?”
Dinda    : “Nggak Bi. Aku nggak nafsu makan.”
Bi Imah : “ Yaudah Non,kalau ada apa-apa panggil Bibi aja ya...”

Malam hari,Papanya baru pulang dari kantor. Papanya langsung menghampiri kamar puteri tunggalnya.

Papa      : “Sayang? Maaf ya tadi Pap a nggak bisa dateng ke acara perpisahanmu,Papa minta maaf banget. Tadi tuh Papa harus ketemu klien dan nggak bisa di cancel.”
Dinda    : “Ya gapapa,udah kan Pa? Aku ngantuk mau tidur.”
Papa      : “Kamu nggak marah kan,sayang?”
Dinda    :“Nggak!”
Papa      : “Oke deh,mimpi indah ya sayang.” (mencium kening puterinya dan membalut tubuh p               puterinya dengan selimut)
Lusa,Dinda mendaftar kuliah ke Universitas Trisakti.
Papa      :”Sayang kamu mau kemana ?
Dinda    : “Aku mau daftar kuliah.” (Jawab Dinda dengan nada ketus)
Papa      : “Papa antar ya,sayang?”
Dinda    : “Nggak usah,aku bisa sendiri. Aku pergi.”
Papa      : “Yaudah hati-hati ya...”
               
Sesampainya disana,Dinda langsung mendaftar dan mengikuti tesnya. Karena pengumuman diterimanya atau tidak,itu melewati online. Dinda harus menuggu dua hari. Dua hari berlalu,Dinda membuka website Universitas Trisakti,dia melihat namanya tertera dijurusan Akuntansi.
Hari ini,Papanya makan malam di rumah. Tidak seperti biasanya,karena Papanya selalu pulang malam dan akhirnya jarang makan malam bersama Dinda.

Papa      : “Dinda,bagaimana hasil tesmu? Diterima?”
Dinda    : “Diterima”
Papa      : “Kamu jadi kan ngambil jurusan Akuntansi?”
Dinda    : “Jadi”
Papa      : “Bagus deh. Oha ya sayang,besok Papa harus keluar kota. Disana Papa mungkin sampai tiga      hari. Kamu nggak apa-apa kan Papa tinggal?”
Dinda    : “Iya,nggak apa. Setiap hari juga Papa biasa ninggalin aku,kan?”
Papa      : “Sayang,kok kamu ngomongnya gitu sih?”
Dinda    : “Tapi emang kenyataan kan,Pa?” (Dinda menunjukkan wajah sinisnya)
Papa      : “Iya,tapi kan Papa kerja juga buat kamu.”
Dinda    : “Pa,aku kenyang. Aku ke kamar.” (berdiri dari tempat duduknya)
Papa      : “Dinda,bisa nggak kamu duduk! Kita lagi makan,udah ketiga kalinya  kamu selalu bersikap kaya gitu!”
Dinda    : (menghiraukan dan tetap menaiki anak tangganya satu per satu)

Esok paginya,Papanya berpamitan dengan puterinya. Tapi Dinda masih tertidu pulas.

Papa      : “Sayang,papa berangkat dulu ya. Maafin sikap Pap tadi malam,Papa udah marah. Baik-baik ya kamu disini.” (bisiknya ditelinga Dinda)

Tak lama kemudian,Dinda bangun dan keluar dari kamarnya.

Dinda    : “Bi,Papa udah berangkat?”
Bi Imah : “Udah Non,dari tadi. Tua nitip pesan sama Bibi,kalo Non udah pulang dari kuliah nggak boleh kemana-mana dan makannya harus teratur.”
Dinda    : “Udah gitu doang? Iya.” (sambil menarik handuk kesayangannya)
Bi Imah : “Oh ya Non,Bibi udah siapin sarapan. Non makan ya...”
Dinda    : “Iya,Bi. Udah taruh aja di meja makan.” (sambil tersenyum dan masuk ke kamar mandi)

Setelah sudah rapi,Dinda sarapan dengan lahap lalu pergi ke kampus. Ini hari pertama dia ospek,di kampus dia diam saja. Memang belakangan ini semenjak lulus SMA,sikap Dinda berubah jadi lebih banyak diam. Pertama masuk kelas,semua calon Mahasiswa memperkenalkan diri.

Senior   : “Masih ada?”
Fandy    : “Itu yang dipojok belakang belum kak.”
Senior   : “Oh iya,kamu. Ayo maju.”
Dind       : “Iya,kak. (berdiri,menatap sinis Fandy) Saya Dinda Fristiani Kusuma. Saya dari SMAN 1 Gandawirca. Saya tinggal di daerah Bintaro.”
Senior   : “Oke terimakasih. Baik hari ini,kita akan beri kalian pengarahan. Nanti selama kalian ospek jangan ada yang melanggar tata tertib kampus. Dan apa yang diperintahkan Kakak senior kalian,lakukan. Mengerti!”

Selama tiga hari ospek,Dinda ,mengikutinya dengan baik. Tapi ada satu orang yang buat dia nggak nyaman selama dia ospek,ya dia Fandy. Entah mengapa hanya Dinda yang diganggunya. Hari ini,Dinda mulai kuliah.

Fandy    : “Dinda,hari ini loe cantik deh. Hahaha...”
Dinda    : “Loe bisa nggak sih,nggak ganggu gue terus? Dari hari pertama ospek loe tuh selalu ganggu gue!” (bentak Dinda)
Fandy    : “Ih loe kalo lagi marah tambah imut ya....”
Dinda    : “(Dinda melotot dan pergi dari hadapan Fandy)

                Beberapa bulan kemudian,ternyata dari awal bertemu Fandy tertarik dengan Dinda. Maka dari itu Fandy selalu mengganggu Dinda dengan ucapan-ucapannya yang sok manis. Hingga saat itu Dinda marah sekali dengan Fandy karena dia sudah mencolek dagu Dinda.

Dinda    : “Praaakkkk.... Loe bisa bersikap sopan!” (Dinda menampar Fandy)
Fandy    : “Hehehe,maaf Din. Gue kan Cuma nyolek gitu doang.”
Dinda    : “Loe bilang ‘Cuma’ ?”
Fandy    : “Ya itu biasa kali,Din.”
Dinda    : “Nggak usah banyak omong,intinya gue nggak suka! Ingat,jangan sesekali loe ganggu gue lagi,Paham!”

Setelah kejadian itu,Fandy tak pernah mengganggu Dinda lagi. Tapi Dinda merasa ada sesuatu yang kurang selama di kampus,ya jailnya Fandy.

Dinda    : “Fandy,kok sekarang diam ya sama gue. Apa karena waktu itu gue tampar? Ahh..kok gue jadi mikirin dia sih.” (gumamnya dalam hati)

Di parkiran kampus.

Dinda    : “Fan?”
Fandy    : “Eh loe Din,kenapa?”
Dinda    : “Loe marah sama gue gara-gara kejadian itu?”
Fandy    : “Hahaha nggak,ya elah santai kali Din.”
Dinda    : “Oh bagus deh,yaudah kalo gitu gue balik dulu ya..”
Fandy    : “Loe balik naik apa?”
Dinda    : “Naik taksi.”
Fandy    : “Bareng gue,mau?”
Dinda    : “Hmmm... yaudah deh.”


Mereka pulang berdua,tapi Fandy tidak langsung mengantar Dinda pulang.

Dinda    : “Fan,kita mau kemana?”
Fandy    : “Udah ikut aja,hehe...”
Dinda    : “Iya tapi kemana?”
Fandy    : “Ssstt,udah diam ah.” (sambil tertawa kecil)

                Mereka pun sampai disana.

Dinda    : “Fan,ini dimana?”
Fandy    : “Ini tempat gue biasa ngumpul-ngumpul sama temen-temen. Ayo masuk! Gue bakal kenalin loe sama temen-temen gue,oke. (mereka masuk) Weh bro...!” (sambil melepaskan jaketnya)
Bagus    : “Wedew,siapa lagi nih? Selingkuhan loe? Cantik,hahaha...”
Fandy    : “(menginjak kaki temannya) Kampret! Nih kenalin pacar gue.”
Dinda    : “Fandy,apaan sih loe.” (Dinda tersipu malu)
Fandy    : “Bacanda Din,biasa temen gue mah pada suka begitu.”
Dinda    : “Hahaha iya nggak apa-apa kok.”
Dodi       : “Pacar loe yang ke berapa,Fan?”
Fandy    : “Sial Loe! (Fandy melempar tas ke temannya) Yuk,Din duduk sini. Eh loe pada jangan ganggu cewek gue ya.”
Bagus    : “Oke,bang! Hahaha..”

 Semenjak sekali diajak ke tempat itu ,akhirnya Dinda sering datang kesana dengan Fandy . Hingga suatu hari Fandy menyatakan cintanya pada Dinda , karena Dinda mencintainya Dinda pun menerimanya. Akhirnya mereka pun berpacaran .
Semenjak berpacaran Dinda berubah menjadi gadis yang nakal , dia selalu pulang larut malam . Dia sudah dipengaruhi oleh Fandy , belakangn ini setiap dia pulang kerumah mulutnya berbau alkohol .

Dinda    : “brak ... baraakk ... (mengebrak pintu rumah ) woyy buka pintunyaaa woyy ... !! “ (dengan jalan sempoyongan)
Papa      : “ya Allah Dinda, kenapa kamu ini? Mulutmu bau alkohol ! Kamu dari mana ?“
Dinda    : “Awass.. awas.. ! gue mau tidur,capek !“
Papa      :”DINDA.....!!!”

Keesokan harinya .

Papa      : “Dinda, kamu tadi malam dari mana?“
Dinda    : “Papa gak perlu tau. Toh aku juga begitu gak ngerepotin papa kan?“
Papa      : “Dinda ! Kamu ini perempuan, kamu udah dewasa ! Kamu ngerti kan,kaya gitu tuh cuma bisa ngerusak diri kamu sendiri ! Kamu pergi sama siapa tadi malam?“
Dinda    : “Papa gak perlu tau ! “ (pergi meninggalkan papanya )

Karena dinda sudah kecanduan dengan hal-hal yang negatif seperti itu . Pada saat dia tidak ada kelas ia ingin istirahat total untuk melepaskan beban yang ada di hidupnya. Akhirnyaia  mencoba meminum pil sebanyak-banyaknya .

Bi imah : “Non? Makan siangnya udah siap.”“ (sambil mengetuk pintu kamar dinda)
                Tak ada jawaban .
Bi imah : “Non, buka pintunya .“

Karena lama tak ada jawaban dan bi imah terlalu khawatir ia mencoba menghubungi apap dinda .

Bi imah :” Tuann... Non Dinda, Tuan .”
Papa dinda :”Ada apa ,Bi? Dinda kenapa?“
Bi imah : “Dari tadi pagi Non Dinda engga keluar kamar. Saya panggil-panggil enggak di jawab sama           sekali “ (jawabnya panik )
Papa dinda : “Coba terus,Bi.“
Bi imah :”Udah ,Tuan . tapi sama sekali engga ada jawaban . “
Papa dinda :”saya masih meeting , bi . udah di coba terus ajah “ (mematikan telfon)

                Akhirnya bi imah mencoba mendobrak pintu kamar dinda dengan linggis .dan apa yang di temukan ? dinda terkapar dengan mulut penuh busa . bi imah panik dan langsung menghubungi rumah sakit .

Bi imah : “ non ? non kenapa ?” (bi imah menangis)
Suster   :” maaf anda tunggu di luar “

Bi imah dengan segera menelfon orang tua dinda , seketika orang tua dinda langsung menuju rumah sakit .

Mama dinda :”bi , dinda dimana ?” (ibunya menangis menyesal)
Bi imah :”non dinda ada di ruang UGD , nyonya “
Mama dinda : ( langsung menghampiri dan melihat putrinya dari luar ruangan )

Beberapa saat kemudian , dokter keluar dari ruang UGD .

Mama dan papa dinda :” dok , bagaimana keadaan putri kami ?”
Dokter :” tenang dulu bu , pak . “
Mama dinda :” cepat katakan , dok ! “
Dokter :” kami sudah melakukan semaksimal mungkin , tapi maaf nyawa putri anda tidak bisa tertolong . putri anda terlalu banyak mengkonsumsi pil berbahaya sehingga mengakibatkan over dosis . “

Mamahnya langsung lemas dan jatuh pingsan .

Bi imah :”nyonya .. nyonya .. “
Papa dinda :”saz ..sazty ... “ (papa nya meneteskan airmata)
               
Setelah Mamanya sadar ,Mamanya ikut memandikan jenazah puterinya. Tak henti-henti air matanya terus mengalir hingga di pemakaman. Setelah kejadian ini mereka baru sadar,Dinda seperti itu karena kesalahn mereka yang terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

 SELESAI













Kamis, 16 Januari 2014

Pengertian Samudera

Benua (continent) dapat didefinisikan sebagai massa daratan yang sangat besar yang muncul dari permukaan samudera, termasuk bagian tepinya yang digenangi air dengan kedalaman air yang dangkal (kurang dari 200 meter). Berkaitan dengan massa air itu, ada juga beberapa kata yang sering dipergunakan untuk menyebutkan hal-hal yang berkaitan dengannya, seperti cekungan samudera, laut, teluk atau estuari. Berikut ini adalah pengertian dari masing-masing kata tersebut. Samudera (ocean) dapat didefinisikan sebagai tubuh air asin yang sangat besar dan menerus yang dibatasi oleh benua.

Cekungan samudera (ocean basin) adalah cekungan yang sangat besar dan dalam yang dipenuhi oleh air asin dan satu atau lebih sisinya dibatasi oleh benua. Laut (sea). Dalam penggunaan umum, kata laut (sea) dan samudera (ocean) sering dipakai bergantian sebagai sinonim. Di dalam oseanografi atau oseanologi, kedua kata itu memiliki perbedaan. Kata “laut” umumnya dipakai untuk menyebutkan kawasan perairan dangkal di tepi benua, seperti Laut Utara, Laut Cina Selatan dan Laut Arafura; massa air yang terkurung dan memiliki hubungan yang terbatas dengan samudera, seperti Laut Tengah, dan Laut Baltik; atau kawasan laut yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu, seperti Laut Merah, Laut Hitam, Laut Karibia, dan Laut Banda. Di samping itu, kata “laut”, kadang-kadang dipakai untuk menyebutkan nama danau seperti Laut Kaspi. Teluk (bay, gulf) adalah tubuh air yang relatif kecil yang tiga sisinya dibatasi oleh daratan. Teluk sering juga disebut sebagai Laut Setengah-tertutup (Semi-enclosed Sea). Estuari (estuary) adalah kawasan perairan muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut dengan massa air yang memiliki salinitas lebih rendah daripada air laut dan lebih tinggi daripada air tawar.

ASAL USUL SAMUDERA DAN CEKUNGAN SAMUDERA

Sampai sekarang, asal usul air laut tidak diketahui dengan pasti. Salah satu hipotesa yang banyak diterima adalah bahwa air laut berasal dari aktifitas volkanisme. Hipotesa tersebut dibuat berdasarkan fakta saat ini yang menunjukkan bahwa aktifitas volkanisme mengeluarkan banyak uap air, disamping gas nitrogen dan karbon dioksida.

Pertanyaan selanjutnya yang perlu mendapat jawaban adalah tentang asal usul cekungan samudera. Tentang bagaimana cekungan samudera dapat terbentuk?. Berbagai hipotesa dan teori telah muncul dalam upaya mencari jawaban atas pertanyaan itu. Saat ini, teori yang diterima oleh banyak ahli adalah Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonic Theory). Teori ini adalah teori yang didukung oleh sangat banyak data dan fakta.

Bebarapa Fakta Tentang Bumi dan Laut

Berbicara tentang asal usul Cekungan samudera, beberapa fakta berikut ini perlu mendapat perhatian di awal pembicaraan sebelum melangkah lebih jauh sampai kepada teori pembentukannya.
Fakta-fakta tersebut adalah:
  1. Bumi berumur kira-kira 4,6 miliar tahun yang lalu, sedang bukti-bukti pertama tentang adanya laut muncul dari sekitar 3,8 – 3 miliar tahun yang lalu.
  2. Bukti-bukti tertua tentang adanya samudera ditemukan di benua, bukan di samudera.
  3. Batuan yang tertua di laut hanya berumur 70 juta tahun.