Mama,Papa
?
Dinda hanya
mampu diam dan termenung melihat pertengkaran Orang Tuanya. Dia tidak tahu apa
yang harus ia lakukan. Waktu dan keegoisan merekalah yang membuat hubungan
mereka renggang. Dinda yakin mereka pasti bisa menyelesaikan masalah mereka,tapi
nyatanya tidak.
Papa : "Saya capek,kamu selalu menyalahkan
saya! Kamu fikir saya diluar sana main-main? Saya itu kerja!"
Mama : "Saya enggak
nyalahin kamu,saya cuma bilang kan? Apa salah?"
Papa : "Kamu ini seorang Ibu dan
istri,harusnya kamu bisa merawat anakmu dan suamimu dengan baik. Bukannya malah
kamu serahin semua sama Bi Imah!"
Mama : "BI Imah digaji tugasnya ya untuk
mengurus semua keperluan rumah termasuk Dinda. Jadi apa salahnya?"
Papa : "Iya saya tau,tapi enggak
seharusnya kamu limpahkan semua itu ke BI Imah,termasuk memberi kasih sayang
dan perhatian ke Dinda. Kamu tau kan tugas seorang istri dan Ibu itu apa?"
Mama : "Tau,tapi ya mau bagaimana lagi. Kamu
tau kan ini sudah karier saya dari dulu! Udah deh mas,sekarang gini aja. Aku
udah capek kita selalu kayak gini,terus mau kamu sekarang gimana? KIta
cerai?"
Papa : "Oh jadi itu mau
kamu? Oke enggak masalah,aku turutin!"
Setelah mendengar kata-kata
itu,Mamanya diam dan langsung beranjak dan membereskan pakaiannya. Mereka
memutuskan semua ini dalam keadaan emosi,entah apa yang sedang ada dalam
fikiran mereka.
Papa : "Kamu mau pergi? Oh silahkan! Tapi
jangan harap kamu bisa bawa Dinda dari saya!" (sambil meninggalkan
kamarnya)
Setelah selesai mengemas barang-barangnya,ketika keluar dari kamar ia
mendengar suara lembut dari anaknya.
Dinda : "Ma? Mama mau
kemana?" (sambil menatap dengan penuh air mata)
Mama : "Maafin Mama,sayang. Mama harus pergi.
Mama tau selama ini Mama belum bisa jadi Ibu yang baik buat kamu." (dengan
melepas koper yang digenggamnya dan memeluk anaknya)
Dinda : "Ma bagi Dinda,Mama itu udah jadi Ibu
yang baik buat Dinda. Tolong ma,jangan tinggalin Dinda sama Papa. Dinda sayang
sama Mama."
Mama : "Dinda,Mama juga sayang kok sama
Dinda. Mama juga sebenarnya enggak mau ninggalin Dinda dengan cara kaya
gini,tapi keadaannya sayang."
Dinda : "Ma,Dinda enggak mau jauh dari Mama.
Berat rasanya buat Dinda." (air matanya semakin turun deras dan pelukannya
semakin erat)
Mama : "Dinda,dengerin Mama. Mama enggak
ninggalin Dinda kok,cuma tempat saja yang membuat jarak buat kita. Udah ya
sayang,kamu enggak boleh nangis gitu ah,nanti wajah kamu yang cantik ini jadi
luntur." (sambil mengusap air mata putrinya)
Dinda : "Emang Mama mau
tinggal dimana?"
Mama : "Mama mau nempatin Apartement kita.
Enggak jauh kan dari sini? Nah,kalau kamu kangen Mama kamu main ya."
(dengan senyumnya yang tegar)
Dinda : "Ma?"
(sambil menunjukkan wajah memelas pada Mamanya)
Mama : "Udah...udah.. Mama pergi ya
sayang,kamu boleh ya nangis lagi.Mama pergi ya,sayang" (menunjukkan
senyumnya dan mencium kening putrinya)
Dinda : "Ma?"
Lalu Mamanya hanya tersenyum dan langsung melangkahkan kakinya keluar
rumah. Mamanya melaju mobil pribadinya dengan kecepatan yang maksimal, di dalam
mobil ia menangis tersedu-sedu.
keesokan harinya
ketika sedang sarapan bersama ayahnya, Dinda hanya diam dan menunduk dengan
mata sembab karena menangis semalaman.
Ayah :"Sayang, kok makannya malah di
acak-acak gitu sih? ayo di makan , nanti telat loh berangkat
sekolahnya"(sambil menuang minum untuk dirinya)
Dinda :"Hah? enggak kok , pah. Pah udah siang
, aku berangkat dulu ya' ( sambil berdiri dan memakai tasnya yang berada di
pangkuannya).
Ayah : "Kamu gak mau
bareng papa? sarapannya?"
Dinda : "Kayanya enggak
dulu deh, pa.Aku udah kenyang.Yaudah aku berangkat dulu ya,pa!"
Ayah : "Sayang, tunggu
sebentar. Kamu marah ya sama papa?"
Dinda : "Enggak kok,
dinda cuma lagi pengeb berangkat sendiri aja." Jelasnya.
Ayah : "Kamu yakin?
Sayang, mata kamu?" (menatapnya dengan heran)
Dinda : "Oh ini, gak kok
pa. kurang tidur aja mungkin.Yaudah udah dulu ya,pa.Assalamu'alaikum"
Ayah :
"Walaikumsalam."
Sesampainya di sekolah, dinda langsung duduk dan diam. Dia masih
teringat dengan kejadian tadi malam, sesaat air matanya menetes satu demi satu.
Tak lama kemudian, Nayla sahabatnya datang menghampirinya.
Nayla : "Hai,din!"
(sambil menepuk bahu sahabatnya).
Dinda : "Hah? Iya, nay." (dengan wajah
kaget dan langsung mengusap air matanya dengan sapu tangan kesayangan pemberian
mamanya)
Nayla : "Din, kok mata
lo sembab gitu. lo nangis,kenapa? Gara-gara cowok?" (dengan tawa ledeknya)
Dinda : "Hahaha, enggak
kok."
Nayla : "Terus kenapa?
Cerita dong sama gue."
Dinda : "Gue gak apa-apa
kok,Nay. (sambil tersenyum meyakinkan)
Nayla : "Yakin? Yaudah
kalo ada apa-apa cerita ya Dindaku sayang, haha"
Nayla pun meninggalkan tempat duduk sahabatnya itu. Selama jam
pelajaran, Dinda tak memperhatikan sama sekali ketika guru sedang menjelaskan.
Air matanya tak henti-henti menetes di pipinya. Ternyata dari kejauhan sana,
Nayla memperhatikan Dinda. Ia melihat Dinda sedari tadi mengusap air matanya.
Setelah jam pelajaran selesai, semua anak-anak keluar dari kelas untuk
istirahat, hanya ada Nayla dan Dinda yang masih menetap. Lalu, nayla mendatangi
bangku Dinda.
Nayla : "Din,jujur sih! Lo
itu kenapa? Dari tadi gue liat lo nangis."
Dinda : "Gue gak apa-apa,
Nay!"
Nayla : "Kali ini lo gak bisa bohong sama
gue. Cepat bilang sama gue, ada apa? (sambil memegang bahu dinda).
Dinda : "Nay? (air
matanya jatuh lagi ketika memeluk sahabatnya itu).
Nayla : "Dinda lo
kenapa?" (dengan meneteskan air mata juga).
Dinda : "Gue gak
kuat."
Nayla : "Kenapa? Lo ada
apa?"
Dinda : "Orang tua gue
bercerai." (semakin deras air matanya mengalir)
Nayla : "Din, lo gak
bohong kan sama gue?"
Dinda : "Gue
serius,Nay."
Nayla : "Ya Allah, Din.
Kok bisa? Emangnya kenapa?"
Dinda : "Mereka cuma bilang sama gue, kalo
ini yang terbaik buat hubungan mereka berdua. Gue tau emang mereka berdua
sama-sama sibuk, gue juga maklumin kok. Tapi gue belum bisa terima sama
keputusan mereka ini."
Nayla : "terus mama lo
sekarang?"
Dinda : "Dia pergi dari
rumah, dia nempatin Apartemen."
Nayla : "Yaudah sayang,
lo gak boleh nangis, ah. Dinda yang gue kenal orangnya tegar. Lo pasti bisa
nerima dan lewatin keadaan ini. (sambil memeluk dan mengelus punggung dinda)
Ketika pulang sekolah dinda
diajak nayla ke sebuah taman, tempat favorit mereka berdua yang dulu mereka
sering kunjungi. Nayla berharap di taman itu dinda bisa tenang dan meluapkan
semua emosinya.
Dinda : "Nay? Kok kita
kesini?
Nayla : "Lo masih ingat
kan? Tempat ini, tempat paling asik buat mencurahkan semua isi hati kita. Kalau
kita lagi senang dan sedih. Gue ngajak lo kesini, karena gue rasa kita udah
lama gak kesini lagi."
Dinda : "Haha ah, Nayla.
Makasih ya, lo emang sahabat paling the best!" (sambil memeluk dan
menitikkan kembali air matanya)
Nayla : "Haha tenang aja
gue bakal selalu ada buat lo kok,Dinda."
Dinda : "Huuu sok so
sweet loe." (sambil tertawa)
Nayla : "Nah gitu dong
ketawa lagi, kan cantiknya jadi muncul lagi."
Mereka berada di tempat itu hingga sore,
setelah itu mereka pulang. Tapi Dinda tak langsung pulang ke rumah melainkan
dia mampir terlebih dahulu ke sebuah restaurant. Sehabis makan, baru ia pulang.
Ternyata papanya sudah menunggu di ruang tamu.
Papa : "Dinda, dari
mana saja kamu? Kamu tau ini udah jam berapa?
Dinda : "Maaf pa Dinda
pulang telat.'
Papa : "kamu tau
seberapa cemasnya papa/ Papa telepon kamu nomer kamu gak aktif , papa tanya
sama sekolah, katanya kamu sudah pulang. Dari mana kamu/ (bentak ayahnya)
Dinda : "Hp Dinda, Dinda matiin . udah ya pa,
Dinda capek mau istirahat. ( langsung melangkahkan kakinya)
Papa : “Dinda... Dinda..!”
Keesokan harinya di kantin. Dinda dan Nayla
membicarakan tentang melanjutkan ke perguruan tinggi
Nayla : "Din, setelah
lulus SMA. Loe mau lanjut ke universitas mana?”
Dinda : “Nggak tau gue,Nay.
Bingung.”
Nayla : “Kok bingung sih?
Hayo nggak boleh putus asa,cuma gara-gara masalah itu pendidikan loe harus
tetap terus,oke!”
Dinda : “Nggak kok,gak ada
hubunganya sama sekali. Ya gue Cuma masih bingung aja. Loe lanjut kemana
emang?”
Nayla : “Gue disuruh Orang
Tua gue kuliah di Florida.” (denagn wajah cemberut)
Dinda : “Loh kok? Nay,itukan
jauuuhhh banget. Ahh...gue bakal ditinggal dong sama sahabat terbaik gue.”
Nayla : “Bisa dibilang seprti
itu. Soalnya ya gue nggak bisa bantah keinginan mereka,toh gue yakin mereka
nyekolahin gue kesana juga karena ingin yang terbaik buat gue.”
Dinda : “Enak yahNay jadi
loe.”
Nayla : “Ah apa sih,kita tuh
sama. Semua Orang Tua pasti Pengen yang terbaik buat anaknya termasuk Orang Tua
loe juga J”
Dinda : “Hahaha...iya deh.
Huuu..huu Nayla jahat mau ninggalin gue.” (sambil memukul-mukul bahu Nayla)
Nayla : “Enggak kok,gue gak
ninggalin loe Din J
Kalau ada apa-apa kan ada social media,loe bisa kabarin gue kapan pun.”
Dinda : “Iya sih tau,hehe..
Yaudah deh,semoga loe betah ya disana.”
Akhirnya Hari yang ditunggu-tunggu semua
siswa-siswi tiba,perpisahan. Semua siswa-siswi datang bersama Orang Tua mereka
tetapi tidak dengan Dinda. Ia masih menunggu kedatangan Papa dan Mamanya.
Waktu sudah menunjukkan pukul
09.00, Orang Tua Dinda masih belum datang juga. Berkali-kali ia lihat arloji
yang melingkar ditangannya.
Nayla : “Hy,Din! Kok sendiri?
Orang Tua loe?”
Dinda : “Entah lah Nay,mungkin
gak dateng.”
Nayla ; “Gak boleh gitu,pasti
mereka dateng Kok J
Sesibuk-sibuknya mereka pasti bisa nyempetin waktu buat anaknya. Emang waktu
itu loe nggak bilang?” (melihatkan senyum indahnya)
Dinda : “Udah,bahkan gue
sampai mohon-mohon ke mereka.”
Nayla : “Yaudah yang penting
kan loe udah ngasih tau. Tunggu aja,pasti dateng kok.”
Dinda : “Tapi ini udah jam
berapa,Nay?” (tiba-tiba setitik air matanya menetes)
Nayla : “Eitsss..eitss.. Gak boleh nangis,nanti
make up loe luntur loh. Masa dihari bersejarah ini loe nangis. Udah ah J” (Nayla mengusap air
mata Dinda dengan tissue yang digenggamnya)
Waktu semakin berlalu,wajah
matahari sudah muncul sepenuhnya. Ternyata Orang Tua Dinda tidak datang sama
sekali. Dinda pulang ke rumah,ia menangis di kamarnya.
Dinda : “Aku kecewa sama Papa
dan Mama! Kalian terlalu mementingkan pekerjaan kalian! Apa aku udah nggak
penting lagi? (melempar bantal dengan keras) Aku benci kalian... !!”
Bi Imah : “(mengetuk pintu kamar
Dinda) Non? Non,gak apa-apa kan? Non?”
Dinda : “Pergi Bi,aku pengen sendiri!”
Bi Imah : “Bibi khawatir
sama,Non. (Bi Imah masuk ke dalam kamar Dinda) Non kenapa?”
Dinda : “Aku benci Bi,sama Mama dan Papa.
Benciiii...!!”
Bi Imah : “Bukannya hari ini Non ada acara perpisahan di sekolah ya? Kok pulang-pulang malah nangis?”
Bi Imah : “Bukannya hari ini Non ada acara perpisahan di sekolah ya? Kok pulang-pulang malah nangis?”
Dinda : “Mama,Papa nggak
dateng ke acara perpisahan aku.” (memeluk tubuh Bi Imah)
Bi Imah : “Kok bisa?”
Dinda : “Mereka udah nggak
peduli sama aku! Kalau aku mati juga mungkin mereka nggak peduli!”
Bi
Imah : “Ssstt... Nggak boleh ngomong gitu.
Mereka sayang kok sama,Non. Buktinya Nyonya aja nanyain Non ke Bibi J.”
Dinda : “Tapi seenggaknya bisa
kan dateng. Ini tuh acara terpenting aku.”
Bi Imah : “Udah Non,nggak boleh
nangis J
Mending makan siang aja,Bibi udah siapin tuh,Non”
Dinda : “Aku nggak nafsu
makan.”
Bi Imah : “Nanti Non,sakit
bagaimana?”
Dinda : “Biar aja.”
Dinda : “Biar aja.”
Bi Imah : “Atau Bibi bawain
makanannya ke kamar?”
Dinda : “Nggak Bi. Aku nggak
nafsu makan.”
Bi Imah : “ Yaudah Non,kalau ada apa-apa panggil Bibi aja ya...”
Malam hari,Papanya baru pulang
dari kantor. Papanya langsung menghampiri kamar puteri tunggalnya.
Papa : “Sayang? Maaf ya tadi
Pap a nggak bisa dateng ke acara perpisahanmu,Papa minta maaf banget. Tadi tuh
Papa harus ketemu klien dan nggak bisa di cancel.”
Dinda : “Ya gapapa,udah kan
Pa? Aku ngantuk mau tidur.”
Papa : “Kamu nggak marah
kan,sayang?”
Dinda :“Nggak!”
Papa : “Oke deh,mimpi indah ya sayang.” (mencium kening puterinya dan membalut tubuh p puterinya dengan selimut)
Papa : “Oke deh,mimpi indah ya sayang.” (mencium kening puterinya dan membalut tubuh p puterinya dengan selimut)
Lusa,Dinda mendaftar kuliah ke
Universitas Trisakti.
Papa :”Sayang kamu mau
kemana ?
Dinda : “Aku mau daftar kuliah.” (Jawab Dinda dengan nada ketus)
Dinda : “Aku mau daftar kuliah.” (Jawab Dinda dengan nada ketus)
Papa : “Papa antar
ya,sayang?”
Dinda : “Nggak usah,aku bisa
sendiri. Aku pergi.”
Papa : “Yaudah hati-hati
ya...”
Sesampainya
disana,Dinda langsung mendaftar dan mengikuti tesnya. Karena pengumuman
diterimanya atau tidak,itu melewati online. Dinda harus menuggu dua hari. Dua
hari berlalu,Dinda membuka website Universitas Trisakti,dia melihat namanya
tertera dijurusan Akuntansi.
Hari ini,Papanya makan malam di
rumah. Tidak seperti biasanya,karena Papanya selalu pulang malam dan akhirnya
jarang makan malam bersama Dinda.
Papa : “Dinda,bagaimana
hasil tesmu? Diterima?”
Dinda : “Diterima”
Papa : “Kamu jadi kan
ngambil jurusan Akuntansi?”
Dinda : “Jadi”
Dinda : “Jadi”
Papa : “Bagus deh. Oha ya
sayang,besok Papa harus keluar kota. Disana Papa mungkin sampai tiga hari. Kamu nggak apa-apa kan Papa
tinggal?”
Dinda : “Iya,nggak apa. Setiap hari juga Papa biasa ninggalin aku,kan?”
Papa : “Sayang,kok kamu ngomongnya gitu sih?”
Dinda : “Tapi emang kenyataan kan,Pa?” (Dinda menunjukkan wajah sinisnya)
Dinda : “Iya,nggak apa. Setiap hari juga Papa biasa ninggalin aku,kan?”
Papa : “Sayang,kok kamu ngomongnya gitu sih?”
Dinda : “Tapi emang kenyataan kan,Pa?” (Dinda menunjukkan wajah sinisnya)
Papa : “Iya,tapi kan Papa
kerja juga buat kamu.”
Dinda : “Pa,aku kenyang. Aku
ke kamar.” (berdiri dari tempat duduknya)
Papa : “Dinda,bisa nggak kamu duduk! Kita lagi
makan,udah ketiga kalinya kamu selalu
bersikap kaya gitu!”
Dinda : (menghiraukan dan
tetap menaiki anak tangganya satu per satu)
Esok paginya,Papanya berpamitan
dengan puterinya. Tapi Dinda masih tertidu pulas.
Papa : “Sayang,papa
berangkat dulu ya. Maafin sikap Pap tadi malam,Papa udah marah. Baik-baik ya
kamu disini.” (bisiknya ditelinga Dinda)
Tak lama kemudian,Dinda bangun
dan keluar dari kamarnya.
Dinda : “Bi,Papa udah
berangkat?”
Bi Imah : “Udah Non,dari tadi. Tua nitip pesan sama Bibi,kalo Non udah pulang dari kuliah nggak boleh kemana-mana dan makannya harus teratur.”
Bi Imah : “Udah Non,dari tadi. Tua nitip pesan sama Bibi,kalo Non udah pulang dari kuliah nggak boleh kemana-mana dan makannya harus teratur.”
Dinda : “Udah gitu doang?
Iya.” (sambil menarik handuk kesayangannya)
Bi Imah : “Oh ya Non,Bibi udah
siapin sarapan. Non makan ya...”
Dinda : “Iya,Bi. Udah taruh
aja di meja makan.” (sambil tersenyum dan masuk ke kamar mandi)
Setelah sudah rapi,Dinda sarapan
dengan lahap lalu pergi ke kampus. Ini hari pertama dia ospek,di kampus dia
diam saja. Memang belakangan ini semenjak lulus SMA,sikap Dinda berubah jadi
lebih banyak diam. Pertama masuk kelas,semua calon Mahasiswa memperkenalkan
diri.
Senior : “Masih ada?”
Fandy : “Itu yang dipojok
belakang belum kak.”
Senior : “Oh iya,kamu. Ayo
maju.”
Dind : “Iya,kak.
(berdiri,menatap sinis Fandy) Saya Dinda Fristiani Kusuma. Saya dari SMAN 1
Gandawirca. Saya tinggal di daerah Bintaro.”
Senior : “Oke terimakasih. Baik
hari ini,kita akan beri kalian pengarahan. Nanti selama kalian ospek jangan ada
yang melanggar tata tertib kampus. Dan apa yang diperintahkan Kakak senior
kalian,lakukan. Mengerti!”
Selama tiga hari ospek,Dinda
,mengikutinya dengan baik. Tapi ada satu orang yang buat dia nggak nyaman
selama dia ospek,ya dia Fandy. Entah mengapa hanya Dinda yang diganggunya. Hari
ini,Dinda mulai kuliah.
Fandy : “Dinda,hari ini loe
cantik deh. Hahaha...”
Dinda : “Loe bisa nggak
sih,nggak ganggu gue terus? Dari hari pertama ospek loe tuh selalu ganggu gue!”
(bentak Dinda)
Fandy : “Ih loe kalo lagi
marah tambah imut ya....”
Dinda : “(Dinda melotot dan
pergi dari hadapan Fandy)
Beberapa bulan kemudian,ternyata dari awal bertemu
Fandy tertarik dengan Dinda. Maka dari itu Fandy selalu mengganggu Dinda dengan
ucapan-ucapannya yang sok manis. Hingga saat itu Dinda marah sekali dengan
Fandy karena dia sudah mencolek dagu Dinda.
Dinda : “Praaakkkk.... Loe
bisa bersikap sopan!” (Dinda menampar Fandy)
Fandy : “Hehehe,maaf Din. Gue
kan Cuma nyolek gitu doang.”
Dinda : “Loe bilang ‘Cuma’ ?”
Fandy : “Ya itu biasa
kali,Din.”
Dinda : “Nggak usah banyak
omong,intinya gue nggak suka! Ingat,jangan sesekali loe ganggu gue lagi,Paham!”
Setelah kejadian itu,Fandy tak
pernah mengganggu Dinda lagi. Tapi Dinda merasa ada sesuatu yang kurang selama
di kampus,ya jailnya Fandy.
Dinda : “Fandy,kok sekarang
diam ya sama gue. Apa karena waktu itu gue tampar? Ahh..kok gue jadi mikirin
dia sih.” (gumamnya dalam hati)
Di parkiran
kampus.
Dinda : “Fan?”
Fandy : “Eh loe Din,kenapa?”
Dinda : “Loe marah sama gue
gara-gara kejadian itu?”
Fandy : “Hahaha nggak,ya elah
santai kali Din.”
Dinda : “Oh bagus deh,yaudah
kalo gitu gue balik dulu ya..”
Fandy : “Loe balik naik apa?”
Dinda : “Naik taksi.”
Fandy : “Bareng gue,mau?”
Dinda : “Hmmm... yaudah deh.”
Mereka pulang berdua,tapi Fandy
tidak langsung mengantar Dinda pulang.
Dinda : “Fan,kita mau kemana?”
Fandy : “Udah ikut
aja,hehe...”
Dinda : “Iya tapi kemana?”
Fandy : “Ssstt,udah diam ah.”
(sambil tertawa kecil)
Mereka pun sampai disana.
Dinda : “Fan,ini dimana?”
Fandy : “Ini tempat gue biasa ngumpul-ngumpul sama
temen-temen. Ayo masuk! Gue bakal kenalin loe sama temen-temen gue,oke. (mereka
masuk) Weh bro...!” (sambil melepaskan jaketnya)
Bagus : “Wedew,siapa lagi nih? Selingkuhan loe?
Cantik,hahaha...”
Fandy : “(menginjak kaki temannya) Kampret! Nih
kenalin pacar gue.”
Dinda : “Fandy,apaan sih loe.” (Dinda tersipu
malu)
Fandy : “Bacanda Din,biasa temen gue mah pada suka
begitu.”
Dinda : “Hahaha iya nggak apa-apa kok.”
Dodi : “Pacar loe yang ke
berapa,Fan?”
Fandy : “Sial Loe! (Fandy melempar tas ke
temannya) Yuk,Din duduk sini. Eh loe pada jangan ganggu cewek gue ya.”
Bagus : “Oke,bang! Hahaha..”
Semenjak sekali diajak ke tempat itu ,akhirnya
Dinda sering datang kesana dengan Fandy . Hingga suatu hari Fandy menyatakan
cintanya pada Dinda , karena Dinda mencintainya Dinda pun menerimanya. Akhirnya
mereka pun berpacaran .
Semenjak berpacaran Dinda berubah
menjadi gadis yang nakal , dia selalu pulang larut malam . Dia sudah
dipengaruhi oleh Fandy , belakangn ini setiap dia pulang kerumah mulutnya
berbau alkohol .
Dinda : “brak ... baraakk ... (mengebrak pintu
rumah ) woyy buka pintunyaaa woyy ... !! “ (dengan jalan sempoyongan)
Papa : “ya Allah Dinda,
kenapa kamu ini? Mulutmu bau alkohol ! Kamu dari mana ?“
Dinda : “Awass.. awas.. ! gue
mau tidur,capek !“
Papa :”DINDA.....!!!”
Keesokan harinya .
Papa : “Dinda, kamu tadi
malam dari mana?“
Dinda : “Papa gak perlu tau. Toh
aku juga begitu gak ngerepotin papa kan?“
Papa
: “Dinda ! Kamu ini perempuan, kamu
udah dewasa ! Kamu ngerti kan,kaya gitu tuh cuma bisa ngerusak diri kamu
sendiri ! Kamu pergi sama siapa tadi malam?“
Dinda : “Papa gak perlu tau ! “
(pergi meninggalkan papanya )
Karena dinda sudah kecanduan
dengan hal-hal yang negatif seperti itu . Pada saat dia tidak ada kelas ia
ingin istirahat total untuk melepaskan beban yang ada di hidupnya. Akhirnyaia mencoba meminum pil sebanyak-banyaknya .
Bi imah : “Non? Makan siangnya
udah siap.”“ (sambil mengetuk pintu kamar dinda)
Tak ada jawaban .
Bi imah : “Non, buka pintunya .“
Karena lama tak ada jawaban dan
bi imah terlalu khawatir ia mencoba menghubungi apap dinda .
Bi imah :” Tuann... Non Dinda, Tuan
.”
Papa dinda :”Ada apa ,Bi? Dinda kenapa?“
Bi imah : “Dari tadi pagi Non Dinda engga keluar kamar. Saya panggil-panggil
enggak di jawab sama sekali “
(jawabnya panik )
Papa dinda : “Coba terus,Bi.“
Bi imah :”Udah ,Tuan . tapi sama sekali engga ada jawaban . “
Papa dinda :”saya masih meeting , bi . udah di coba terus ajah “
(mematikan telfon)
Akhirnya bi imah mencoba mendobrak pintu
kamar dinda dengan linggis .dan apa yang di temukan ? dinda terkapar dengan
mulut penuh busa . bi imah panik dan langsung menghubungi rumah sakit .
Bi imah : “ non ? non kenapa ?”
(bi imah menangis)
Suster :” maaf anda tunggu di
luar “
Bi imah dengan segera menelfon
orang tua dinda , seketika orang tua dinda langsung menuju rumah sakit .
Mama dinda :”bi , dinda dimana ?” (ibunya menangis menyesal)
Bi imah :”non dinda ada di ruang UGD , nyonya “
Mama dinda : ( langsung menghampiri dan melihat putrinya dari luar
ruangan )
Beberapa saat kemudian , dokter
keluar dari ruang UGD .
Mama dan papa dinda :” dok , bagaimana keadaan putri kami ?”
Dokter :” tenang dulu bu , pak . “
Mama dinda :” cepat katakan , dok ! “
Dokter :” kami sudah melakukan semaksimal mungkin , tapi maaf nyawa
putri anda tidak bisa tertolong . putri anda terlalu banyak mengkonsumsi pil
berbahaya sehingga mengakibatkan over dosis . “
Mamahnya langsung lemas dan
jatuh pingsan .
Bi imah :”nyonya .. nyonya .. “
Papa dinda :”saz ..sazty ... “ (papa nya meneteskan airmata)
Setelah Mamanya sadar ,Mamanya
ikut memandikan jenazah puterinya. Tak henti-henti air matanya terus mengalir
hingga di pemakaman. Setelah kejadian ini mereka baru sadar,Dinda seperti itu
karena kesalahn mereka yang terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
SELESAI